Jl. Perjuangan No.1 Karyamulya Kota Cirebon +62812-2234-0987 pipd@uinssc.ac.id

FOMO Ramadan: Waktunya Jaga Hati dan Pikiran

Dalam era digital seperti sekarang, fenomena Fear of Missing Out (FOMO) semakin sering terjadi, terutama di kalangan anak muda. FOMO merupakan perasaan cemas atau khawatir ketika seseorang merasa tertinggal dalam mengikuti tren sosial, baik itu gaya hidup, aktivitas, hingga berbagai peristiwa yang sedang ramai dibicarakan. Fenomena ini juga bisa dirasakan dalam suasana Ramadan.

Apa Itu FOMO?

Menurut psikolog dan dosen Bimbingan Konseling Islam (BKI), Mumtaz Afrida, FOMO adalah kondisi di mana seseorang merasa harus selalu terlibat dalam tren yang ada agar tidak merasa tertinggal. Perasaan ini sering kali membuat individu membandingkan dirinya dengan orang lain, sehingga menimbulkan kecemasan dan ketidakpuasan terhadap diri sendiri.

Dalam konteks Islam, kecenderungan FOMO ini dapat menyebabkan seseorang kurang bersyukur dengan apa yang dimilikinya dan merasa selalu kurang dibandingkan orang lain. Hal ini berlawanan dengan konsep qana’ah, yaitu sikap menerima dan mensyukuri apa yang ada.

FOMO dalam Ramadan

Di bulan Ramadan, fenomena FOMO bisa muncul dalam berbagai bentuk, seperti:

  1. Munggahan dan Bukber – Banyak orang merasa harus mengikuti tradisi munggahan sebelum Ramadan dan berbuka puasa bersama (bukber) di berbagai tempat, meskipun sebenarnya mereka tidak memiliki waktu atau dana yang cukup.
  2. Tren Pakaian Baru – Dorongan untuk membeli pakaian baru menjelang Idulfitri agar tidak ketinggalan tren, meskipun sebenarnya pakaian lama masih layak digunakan.
  3. Event Ramadan – Banyaknya acara seperti berbagi takjil, kajian, atau sahur on the road yang membuat seseorang merasa wajib untuk ikut serta agar tidak ketinggalan.

Ciri-Ciri Seseorang yang Mengalami FOMO

Beberapa tanda seseorang mengalami FOMO, khususnya di bulan Ramadan, antara lain:

  • Sulit melepaskan diri dari gawai karena ingin selalu mengetahui tren terbaru.
  • Merasa harus selalu hadir dalam setiap acara atau tren yang sedang viral.
  • Cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan merasa kurang jika tidak mengikuti tren.
  • Mengalami kecemasan berlebihan jika tidak bisa mengikuti suatu kegiatan yang dilakukan banyak orang.

Dampak Negatif FOMO

FOMO dapat berdampak buruk pada kesehatan mental dan spiritual seseorang. Perasaan cemas dan takut tertinggal dapat menyebabkan stres, kelelahan, serta kurangnya fokus pada ibadah yang lebih penting. Dalam Islam, kebiasaan ini juga dapat mengurangi rasa syukur dan membuat seseorang sulit menerima dirinya apa adanya.

Bagaimana Mengatasi FOMO?

Untuk menghindari dampak negatif FOMO, berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  1. Kenali Diri Sendiri – Pahami bahwa setiap orang memiliki kondisi dan prioritas yang berbeda. Tidak semua tren perlu diikuti.
  2. Tetapkan Skala Prioritas – Pilih kegiatan yang benar-benar bermanfaat bagi diri sendiri dan sesuai dengan nilai-nilai yang dianut.
  3. Bersyukur dengan Apa yang Dimiliki – Latih diri untuk lebih menerima keadaan dan tidak selalu membandingkan diri dengan orang lain.
  4. Kurangi Penggunaan Media Sosial – Batasi waktu melihat media sosial agar tidak terpengaruh oleh tren yang mungkin tidak relevan dengan kehidupan pribadi.
  5. Fokus pada Ibadah – Ramadan adalah waktu untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah, bukan hanya mengikuti tren sosial semata.

Kesimpulan

FOMO bukanlah hal yang sepenuhnya negatif, tetapi jika berlebihan, dapat berdampak buruk pada mental dan spiritual seseorang. Di bulan Ramadan, penting bagi kita untuk lebih mindful, memilih kegiatan yang benar-benar bermanfaat, dan tidak memaksakan diri untuk selalu mengikuti tren. Dengan begitu, kita bisa menjalani Ramadan dengan lebih tenang, khusyuk, dan penuh berkah

Leave a Reply